Selasa, 31 Maret 2015

Malala

Malala.Y. umur 12 telah mulai menentang Taliban, karena Taliban mengharamkan anak2 perempuan bersekolah. Taliban menghancurkan lebih 400 sekolah. Taliban menembak Malala.Y di kepala dari pulang sekolah diatas bis. Alhamdulillah, Allah belum menghendaki Malala meninggal dunia, Malala diselamatkan oleh dokter di rumah sakit London.

Malala.Y adalah seorang utusan dari Allah di abad 21 ini yang berani untuk membela yang benar, membela Human Right, membela hak2 anak2 perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak laki2. 

Malala.Y memberi kuliah / pidato didepan pemimpin2 dunia di PBB. Obama mendengar nasehat Malala.Y.
Karena nasihat itu datang dari Allah SWT

hi hi hi........

Pada tanggal 12 Juli 2013, Malala pun diundang memberikan pidato di hadapan Majlis Umum PBB, yang dihadiri oleh Sekjen PBB, Ban Ki Moon.
Bagian yang paling menarik adalah ketika Malala mengungkapkan ‘hakikat’ Taliban yang sebenarnya.

Berikut ini potongan pidatonya :
Saudara-saudaraku, ingatlah satu hal: Hari Malala bukanlah hari saya. Ini adalah hari untuk setiap wanita, setiap anak, dan setiap gadis yang telah bersuara untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
Ada ratusan aktivis hak asasi manusia dan pekerja sosial yang tidak hanya berbicara untuk memperjuangkan hak-hak mereka, tapi juga berjuang untuk mencapai perdamaian, pendidikan, dan kesetaraan. Ribuan orang telah tewas di tangan teroris dan jutaan telah terluka. Saya hanya salah satu dari mereka. Jadi di sinilah saya berdiri, saya hanyalah satu gadis di antara sekian banyak lainnya. Saya berbicara bukan untuk diri saya sendiri, tapi untuk mereka yang suaranya tidak dapat didengar. Mereka yang telah berjuang untuk meraih hak-hak mereka. Hak mereka untuk hidup dalam damai. Hak mereka untuk diperlakukan dengan hormat. Hak mereka untuk mendapatkan kesempatan yang setara. Hak mereka untuk mendapatkan pendidikan.
Teman-teman, pada tanggal 9 Oktober 2012, Taliban menembak bagian kiri kepala saya. Mereka menembak teman-teman saya juga. Mereka mengira bahwa peluru akan membungkam kami, tetapi mereka gagal. Dan dari keheningan itu, muncullah ribuan suara. Para teroris mengira mereka akan mengubah tujuan saya dan menghentikan cita-cita saya. Tapi tidak ada yang berubah dalam hidup saya kecuali ini: bahwa kelemahan, ketakutan, dan keputusasaan sudah sirna.  Sebaliknya, kekuatan, kekuasaan, dan keberanian telah lahir. Saya adalah Malala yang sama. Cita-cita saya tetap sama. Harapan saya tetap sama. Dan impian saya tetap sama.
Saudara dan saudariku, saya tidak melawan siapa pun. Saya berbicara di sini bukan untuk balas dendam pribadi terhadap Taliban atau kelompok teroris lainnya. Saya berada di sini untuk berbicara tentang hak pendidikan bagi setiap anak. Saya menginginkan pendidikan bagi putra dan putri dari Taliban dan semua teroris dan ekstremis. Saya bahkan tidak membenci anggota Taliban yang menembak saya.
Bahkan jika ada pistol di tangan saya dan dia berdiri di depan saya, saya tidak akan menembaknya. Ini adalah welas asih yang saya pelajari dari Nabi Muhammad, Nabi yang Pengasih, dari Yesus Kristus, dan Buddha. Inilah warisan perubahan yang saya dapatkan dari Martin Luther King, Nelson Mandela, dan Mohammed Ali Jinnah.
Inilah filosofi tanpa kekerasan yang telah saya pelajari dari Gandhi, Bacha Khan, dan Ibu Teresa. Dan ini adalah sikap pemaaf yang telah saya pelajari dari ayah dan ibu saya. Ini adalah apa yang disampaikan oleh jiwa saya: menjadi jiwa yang damai dan mencintai semua orang.
Saudara dan saudariku, kita menyadari pentingnya cahaya ketika kita melihat kegelapan. Kita menyadari pentingnya suara kita, ketika kita dibungkam. Dengan cara yang sama, ketika kami berada di Swat, bagian utara Pakistan, kami menyadari pentingnya pena dan buku ketika kami melihat senjata. Orang bijak berkata, “Pena lebih tajam dari pedang.” Memang benar. Para ekstremis takut pada buku dan pena. Kekuatan pendidikan menakutkan mereka. Mereka takut perempuan. Kekuatan suara perempuan menakutkan mereka. Inilah sebabnya mengapa mereka membunuh 14 siswa dalam serangan terbaru di Quetta. Dan itulah mengapa mereka membunuh guru perempuan. Itulah mengapa mereka meledakkan sekolah setiap hari. Karena takut perubahan dan kesetaraan yang akan kami bawa ke tengah masyarakat kami. Dan saya ingat bahwa ada seorang anak di sekolah kami yang ditanyai oleh wartawan, “Mengapa Taliban menentang pendidikan?” Anak itu menjawab dengan sederhana, dengan menunjuk bukunya, “Karena seorang talib tidak tahu apa yang tertulis dalam buku ini.”
Mereka berpikir bahwa Allah adalah ‘makhluk’ kecil yang konservatif, yang akan menodongkan senjata ke kepala seseorang hanya karena orang itu pergi ke sekolah. Para teroris ini menyalahgunakan nama Islam untuk keuntungan pribadi mereka sendiri. Pakistan adalah negara demokrasi cinta damai. Etnis Pashtun menginginkan pendidikan untuk anak perempuan dan anak-anak mereka. Islam adalah agama perdamaian, kemanusiaan, dan persaudaraan. Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan. Perdamaian sangat dibutuhkan bagi [terselenggaranya] pendidikan. Di banyak bagian dunia, terutama Pakistan dan Afghanistan, terorisme, perang, dan konflik membuat anak-anak terhalang ke sekolah. Kami benar-benar lelah dengan perang-perang ini.”
Malala, telah mengingatkan dunia betapa berbahayanya ideologi yang diusung oleh Taliban, yaitu Wahabisme. 

Tidak ada komentar: