Selasa, 31 Maret 2015

Hadist, Qur'an dan perintah Muhammad

“Kenapa Hadis Nabi yang bukan wahyu itu harus dijadikan hukum/syariat dan iman Islam yang bahkan melebihi otoritas Quran, yang wahyu?”
Ini sudah jadi isyu dan “dosa-asal” Islam sejak lama, namun tak ada solusi. Muslim umumnya tahu bahwa Muhammad tidak saja tidak mengenal kumpulan Hadis-hadis yang dibuat manusia seperti yang ada sekarang ini, dia malahan telah melarangnya sejak semula demi menjaga agar Quran tidak tercampur atau terbingungkan dengan Hadis. Sebelum wafatnya, beliau sudah memberi perintah khusus agar tidak ada seseorangpun yang menuliskan Hadis Nabi, “Janganlah kalian menulis sesuatupun dariku selain Quran. Barangsiapa yang menulis sesuatu dariku selain Quran, maka hendaklah ia menghapusnya”. (HR.Ahmad, Muslim)
Namun sejarah mencatat bahwa Hadis-hadis tetap nekad dimunculkan oleh para pengumpul yang mengutip dari banyak perawi-perawi Muslim setelah seratusan tahun nabinya meninggal. Semua pihak berlomba-lomba ingin mendapatkan pengakuan dan otoritas islamik dengan menunjukkan buah dedikasi dan pengetahuan mereka terhadap apa yang sudah di sunnah kan oleh sang nabi. Konten periwayatan (dan sanad) Hadis bergulir liar sampai kepada dongeng yang paling nonsense, dan/atau saling menabrak sesama hadis, sampai-sampai berkontradiksi dengan Quran sendiri! Dan tatkala ditemukan “Hadis-hadis-emas” yang muluk, tak jarang Muslim malahan lebih memilih dan menjagoi apa kata Hadis ketimbang apa kata Quran, sekalipun keduanya berseberangan!
Contoh klasik yang paling mencolok adalah isyu tentang mukjizat Muhammad. Quran tegas membantah adanya mukjizat Muhammad yang manapun kecuali Quran itulah! Namun Hadis-hadis yang muncul seratusan tahun kemudian semarak dipenuhi dengan pelbagai mukjizat dahsyat Muhammad yang tidak mau kalah dengan mukjizat Yesus! (seperti mukjizat membelah bulan, mendatangkan air wudhu dari jari-jari Muhammad, penyembuhan orang sakit, penggandaan makanan, mengikat setan, dll). Disinilah kita terperangah menyaksikan bahwa disatu pihak Muslim sangat takut menabrak Nabinya, namun demi pride & ego Islam, Muslim secara rame-rame bisa nekad dan berani melupakan peringatan Nabinyadan sekaligus mengorbankan Quran! Sebab utamanya adalah posisi Nabi Terakhir tidak boleh berdiri inferior atau tekor-otoritas dibandingkan dengan para-nabi lainnya, khususnya terhadap kuasa mukjizat Yesus. Harga diri Muslim harus melihat superioritas Nabinya atas segala tandingan yang lainnya. Mereka akan ter-refleks untuk membutakan diri terhadap setiap ujud kekurangan dan kekerdilan Junjungan-nya yang bisa memberi rasa MALU dan AIB yang tidak tertanggungkan. Inilah umat yang hanya dipacu untuk menjadi sang penakluk, tidak diajari dan dicontohi nabinya untuk hidup berendah hati dan menerima penghinaan, sambil mengampuni musuhnya…
Namun disinilah Muslim harus jatuh dan tertimpa malu plus aib sebanyak dua kali! Sebab ketika mereka ber-euforia atas mukjizat Muhammad seperti yang dinyatakan dalam Hadis, maka merekabukan hanya harus menolak Quran (yang membantahi mukjizat nabi), melainkan juga harus “menghujat” Hadis lain dimana Muhammad justru menampik klaim dirinya yang bermukjizat. Ia berkata:
“Tiada nabi diantara para nabi yang tidak diberi mukjizat agar orang-orang jadi yakin dan percaya, tetapi aku diberikan Wahyu Illahi yang Allah nyatakan padaku.” (Shahih Bukhari 9.92.379).

Pertanyaan kepada Muslim:             
Imam Bukhari bukanlah ulama Islam yang sembarangan. Ia adalah ahli Hadis nomor wahid yang pernah dipunyai dunia Islam. Namun kenapa Bukhari bersama dengan semua Muslim lainnya merasa oke-okesaja dan tidak sedikitpun berkritis tentang kontradiksi mukjizat yang telah ia sendiri catatkan secara shahih? Begitu banyak dan muluk-muluknya mukjizat Nabi yang dicatatkannya dalam Hadis Bukhari, namun ia pula orangnya yang mengosongkan semuanya dalam Hadis Bukhari lainnya? Tidakkah itu merupakan AIB ISLAM yang tidak terkatakan lagi…?

Tidak ada komentar: