Kamis, 06 Agustus 2015

Tipu Daya Toleransi


Islam itu mengajarkan penipuan.

Jihad mempunyai dua sayap:
1. Teror (Ro'b)
2. Tipu Daya (taqiyah).

Beberapa orang Muslim adalah spesialis dalam teror dan yang lainnya spesialis tipu daya.
Jadi ada orang Muslim yang berlagak sebagai pelindung anda dan akan berkata pada anda bahwa Muhammad mengatakan kelompok minoritas adalah amanat sakralnya. Muhammad tidak pernah berkata demikian. Ini adalah permainan tipu daya yang dimaksudkan untuk membodohi orang lain.
Jika anda percaya bahwa anda adalah amanat sakralnya, padahal Muhammad tidak pernah berkata demikian, maka jelaslah anda berhasil ditipunya. Anda terkesan dengan penipuan ini.
Anda <b>SEHARUSNYA</b> bertanya-tanya jika Islam itu baik dan toleran, maka bagaimana bisa ada orang Muslim yang melindungi para tetangga mereka yang Non-Muslim dari sesama mereka orang Muslim ????

Jika Islam adalah agama yang toleran, orang Hindu tidak akan membutuhkan perlindungan Muslim.
Adakah anda melihat orang Kristen, Hindu atau Budha melindungi kelompok minoritas yang ada di tengah mereka dari sesamanya penganut Kristen, Hindu dan Budha?

Imam Ghazzali (1058-1111), seorang cendekiawan Islam ternama mengatakan, “Berbicara adalah sarana untuk mencapai tujuan. Jika pujian dapat diperoleh baik melalui mengatakan kebenaran atau berdusta, maka tidak diperbolehkan mendapatkannya melalui dusta karena tidak perlu berbuat demikian. Jika dimungkinkan mencapai tujuan tersebut dengan berdusta dan tidak mengatakan kebenaran, maka dusta diijinkan untuk memungkinkan tercapainya tujuan. [Ahmad Ibn Naqib al-Misri, The Reliance of the Traveler, diterjemahkan oleh Nuh Ha Mim Keller, Amana publications, 1997, bagian r8.2, h. 745].
Bagi seorang Muslim tidak ada tujuan yang lebih mulia selain dari mempromosikan Islam. Bila seorang Muslim tersenyum dan mengatakan betapa ia mengasihi negara anda dan betapa ia ingin menjadi sahabat anda, ingatlah hadith berikut ini “(Sesungguhnya) kami tersenyum pada beberapa orang, sementara hati kami mengutuki (orang-orang yang sama itu)” [Fath Al-Bāri, 10:544, dikutip dalam Ibn Kathir, Tafsir, vol. 2, h. 141-143]

Tidak ada komentar: